Kesalahpahaman antara Amarah dan Kasih Sayang


Banyak cara untuk menyampaikan rasa, dari banyak cara itulah dimulai kesalahpahaman antar sesama manusia. Tulisan ini saya persembahkan bagi siapa saja yang memiliki rasa namun tidak tersampaikan dengan baik. Ini merupakan pengalaman pribadi yang menjadi salah satu bagian penting dalam hidup saya saat ini.

Rasa yang tidak pernah tersampaikan dengan baik akan membuat banyak kesalahpahaman dimana dari niatnya sayang namun yang tersampaikan hanyalah amarah. Tentu rasa sayang akan jauh dari amarah namun bagaimana jika ternyata amarah seseorang itu mewakili rasa sayangnya, hanya saja dia kurang tahu cara yang tepat untuk menyampaikannya. Inilah yang saya sadari selama beberapa tahun ini. 

Saya lahir dari keluarga yang cukup tegas dalam banyak hal, amarah merupakan dasar kasih sayang dalam keluarga saya. Dalam memberi semangat, saat merasa terpuruk, sedih dan sepi, amarahlah yang menjadi bumbu dalam setiap keadaan diatas. Sampai saya sadari, saya mengalami gangguan emosi. Saya bisa menanggapi banyak hal dengan amarah dan itu menjadi hal biasa dalam kehidupan sosial saya sehingga saya tidak merasakan itu merupakan hal penting.

Setelah saya mengenal namanya kasih sayang dari orang lain alias cinta, akhirnya saya sadar bahwa ini cukup mempengaruhi tipe pria yang saya dekati. Hampir semua pria yang pernah dekat dengan saya memiliki rasa sabar dan kelembutan dalam menyampaikan rasa sayang yang tidak saya miliki. Sempat diri saya mengagumi kedua hal tersebut dan merasakan bahwa yang benar adalah hal seperti itu tapi saya merasakan tekanan ketika menerapkannya. Saya bisa marah dalam banyak hal kecil, tidak segan berkata kasar dan bernada tinggi tapi percayalah itu karena rasa sayang saya. Amarah itu akan menghilang dalam 2 menit dan semuanya akan berjalan baik jika pasangan saya saat itu bisa menerima atau bisa berakhir begitu saja saat pasangan saya memilih pergi. Ketika pasangan saya lebih memilih melawan, saya akan kalah karena amarah saya tanpa dasar karena sekedar emosi belaka tapi percayalah dasar hati saya masih merasakan sayang. Saya hanya ingin meluapkan emosi dan saat kesempatan itu datang saya akan mengambilnya sebisa mungkin. 

Amarah dan sayang memang tidak bisa berjalan dengan baik, tidak bisa kita memaksakan seseorang untuk mengerti diri kita ketika kita memang dalam keadaan yang tidak wajar. Pada umumnya, seseorang yang sayang akan memberikan kenyamanan namun tidak dengan amarah. Seseorang yang terlahir dalam keluarga dengan dasar kasih sayang akan menolak untuk menerima amarah tanpa dasar, sedangkan saya sendiri merasakan kasih sayang dengan cara menerima amarah. 

Mungkin ini sulit dimengerti namun kata terakhir dalam tulisan diatas cukup mewakili perasaan saya saat itu. Semakin bertambah usia dan memutuskan menikah saya sadar bahwa saya salah dalam mengelola amarah serta kasih sayang. Ketika saya menyatukan keduanya maka yang terjadi adalah kesalahpahaman dan akan memperkeruh keadaan. Tidak bisa kita memaksa seseorang mengerti sebuah kesalahan yang terjadi dalam diri kita selain diri kita sendirilah yang memutuskan untuk memperbaikinya.

Disini saya mulai belajar menata emosi, mungkin jauh dari kata sempurna namun saya berharap amarah itu jauh pergi karena akan saya gantikan dengan rasa kasih sayang. Saya tidak perlu memarahi suami saya hanya karena dia meninggalkan piring kotor di meja makan tapi cukup saya ingatkan. Begitu juga yang saya terapkan pada keluarga yang melahirkan saya walau kadang tidak berjalan mulus. 

Itulah sepenggal cerita saya mengenai amarah dan kasih sayang seseorang yang mengandung banyak kesalahpahaman. Semoga yang memiliki amarah dalam menyampaikan kasih sayangnya bisa memisahkan kedua hal tersebut agar rasa sayang itu tersampaikan dengan baik.


Tidak ada komentar