Sebuah Perjalanan : Bagaimana Rasanya Pertama Kali ke Kanada, Montreal ?


Banyak negara yang menjadi tempat wisata, salah satunya Amerika Serikat yang menjadi negara favorit bagi sebagian orang. Salah satu teman saya pernah mengunjungi Malaysia dan dia membawakan sekotak coklat serta parfum sepulangnya dari sana. Selain Malaysia dan Amerika Serikat, Belanda, Jepang serta Korea termasuk dalam negara yang familiar dikunjungi dalam lingkungan saya. Bagaimana dengan Kanada? Negara yang terletak di Amerika Utara ini hampir tidak pernah disebutkan dalam lingkungan saya sampai berita seorang PM (Perdana Menteri) Kanada yang tampan nan muda menjadi perbincangan hangat yaitu Justin Trudeau.


Saat perbincangan hangat mengenai PM Kanada berlangsung, saya sedang mencari informasi untuk mengetahui apa saja yang ada di Kanada terutama di Montreal tempat tinggal saya 2 sampai 3 tahun kedepan. Tempat wisata tentu menjadi pencarian utama saya, selain kebudayaan, pekerjaan dan lainnya. Hal yang paling menarik adalah ketika musim dingin suhu bisa sampai -40 derajat celcius serta tempat syuting Goblin berada dekat dengan Montreal yaitu di Quebec. Informasi menarik yang saya dapatkan menjadi bahan bakar semangat selama perjalanan 24 jam dipesawat.


Sesampainya di Montreal, Kanada ternyata semangat itu tertinggal didalam pesawat dan kembali menuju Indonesia. Awal kedatangan saya di Kanada cukup membuat frustasi suami bahkan diri saya sendiri. Selama 1 sampai 3 bulan adaptasi, saya cukup banyak keluhan dari cuaca, situasi, makanan bahkan budaya.

Berjalan kaki merupakan rutinitas utama saya selama disini karena transportasi umum telah tersedia untuk kemanapun sehingga cukup ditempuh dengan berjalan kaki, selama adaptasi saya paling banyak mengeluh dalam hal ini. Saya bukan tipe orang yang menyukai olahraga, jarak tempuh 1 KM saya lewati dalam waktu 20 menit disertai bonus keluhan setiap langkahnya dan satu kali istirahat. Bila saya paksakan lebih cepat maka saya akan merasakan pusing, mual dan kesal. Kondisi ini berjalan selama 1 - 3 bulan, saya lelah begitu juga suami saya. Terkadang suami saya sudah jauh didepan mengejar bus dan saya menangis tersedu karena kelelahan mengejarnya. Saya merasa menjadi orang yang paling menyedihkan saat itu!

Ekspresi yang mewakili diri saya saat itu

Saat saya datang, musim panas sedang berlangsung namun angin musim gugur sudah bertiup sehingga cukup memberikan rasa meriang pada diri saya setiap melakukan perjalanan. Suami saya 
telah menyusun banyak agenda untuk membuat saya tetap keluar dalam keadaan apapun dan saat itu saya merasakan sedih, frustasi dan kebingungan. Saya ingin pulang ke Indonesia! Tidak ada satu hal pun yang membuat saya betah di Kanada selain karena suami saya ada disana. Mata saya tertutup dengan banyaknya kesulitan dalam beradaptasi, bahkan saya lupa bersyukur bisa berada di Kanada yang mungkin banyak orang diluaran sana ingin mengunjunginya. Suami saya terus menguatkan diri saya, tapi saya terus merasakan kemunduran bahkan saya merasa bukan menjadi diri saya lagi. Saya menjadi hilang kendali dan sampailah pada suatu masa saya kembali tenang. Tentu itu tidak lepas dari bantuan orang sekitar terutama suami serta keluarga saya, yang terus memberikan semangat.


Selama adaptasi berlangsung saya sadar sedang mengalami Culture Shock, tapi tetap saja rasanya sulit dalam melalui keadaan tersebut tapi percayalah semuanya akan berakhir. Bagi yang sedang mencari informasi mengenai Culture Shock, saya hanya berpesan 'percayalah ini merupakan cara untuk mengenali kemampuan diri kita dalam menghadapi diri kita sendiri! Tetap Semangat!'

2 komentar

  1. asyiknya jalan-jalan ke kanada , berapa ya kira kira harga tiketnya ya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kisaran harga tiket bisa dari 5 - 24 jutaan mas, sering aja pantau harga tiket pesawat di skyscaner, kayak atau dari website penerbangannya langsung kalau beruntung dapat tiket murah. Kabarin kalau mau main ke sini!

      Hapus