Perjalanan wisata di Chiang Mai, Thailand #1

Photo by W on Unsplash
Ini kali pertama bagi saya melakukan wisata luar negeri dan tentu banyak hal menarik telah terjadi dari urusan passpor, visa, tiket dan intinerary. Sebenarnya chiang mai tidak termasuk dalam rute perjalanan transit saya dan suami menuju Kanada. Kepalang akan transit di Bangkok, kami memutuskan untuk mengujungi Chiang mai.

Awalnya saya kurang tertarik untuk berkunjung ke Chiang mai karena namanya asing terdengar. Setelah mengerjakan intinerary, nyatanya wisata Chiang mai menjadi wisata utama kami dibanding Bangkok. Banyak tempat wisata yang menarik, murah bahkan berdekatan di Chiang mai.

Dalam intinerary yang saya buat perjalanan paling jauh hanya memakan waktu 3 jam mengendarai sepeda motor dan paling cepat 15 menit berjalan kaki. Sungguh, saya sangat bersemangat untuk menjalankan semua rencana ini!


Baca juga : Sebuah Perjalanan: Bangkok, Thailand #1

Kami melakukan penerbangan menuju Chiang Mai dari Bandara Ahmad Yani Intl (Semarang) pukul 06.00 dan dijadwalkan sampai Chiang Mai pukul 16.55 sekitar 9 jam perjalanan. Sesampainya disana, kami disambut dengan cuaca yang cukup hangat namun tidak sepanas Indonesia.

Selesai melalui prosedur administrasi berupa pengisian data, kami menuju hotel Baan Ploy In menggunakan taksi. Pemesanan taksi kami lakukan dari dalam bandara seharga 250 Baht. Kami sempat melakukan penawaran harga berbekal informasi dari pemilik hotel, dikatakan kami bisa membayar 200 Baht untuk perjalanan bandara - hotel Baan Ploy-in namun terkendala bahasa yang dimiliki penjaga loket, kami tidak bisa melakukan penawaran secara maksimal.

Setelah melakukan pemesanan taksi dari dalam bandara, kami diarahkan ke pintu keluar nomor 1 dimana banyak taksi yang menawarkan jasa. Kami yang sudah memiliki nomor taksi, cukup lapor ke pos jaga taksi sesuai arahan dari penjaga loket.

Peta perjalanan dari Bandara Internasional Chiang Mai - Baan Ploy-in
Perjalanan menuju hotel terasa menyenangkan karena sopir taksi fasih berbahasa inggris dan sangat tertarik untuk berinteraksi. Beliau memberitahukan tempat wisata apa saja yang bisa dikunjungi serta menawarkan kami untuk menggunakan jasanya sebagai pemandu. Sayangnya, kami sudah memiliki rencana sendiri dan juga harga yang ditawarkan oleh beliau cukup mahal.

Tampak depan hotel Baan Ploy-in menggunakan Google maps
Sesampainya di hotel Baan Ploy-in, kami disambut ramah oleh ibu Salinla, pemilik sekaligus penjaga hotel. Beliau memberikan informasi mengenai hotel, memberikan map kota Chiang Mai dan beberapa informasi tambahan mengenai tempat wisata yang bisa kami kunjungi disekitaran hotel. Ini merupakan peta yang kami gunakan selama di Chiang Mai, tersedia di beberapa hotel lainnya dengan berbagai versi bahasa. Peta ini sangat membantu untuk menemukan tempat wisata yang tersebar di kawasan kota tua, Chiang Mai.

Peta Chiang Mai by Chang Puak Magazine & Maps
Selama di hotel Baan Ploy-in, kami merasa puas dengan layanan serta fasilitas yang ada. Konsep hotel Baan Ploy-in hampir sama seperti rumah tinggal dengan tersedianya dapur, mesin cuci bahkan ruang bersantai. Selain itu, lokasi hotel Baan Ploy-in yang dekat dengan tempat tinggal warga lokal membuat kami bisa berinteraksi dengan warga sekitar. Tempat wisata yang menjadi list perjalanan kami pun dekat dengan hotel ini, lokasi yang sangat stategis dengan harga 20 CAD/malam (kisaran 183 ribu).

Di dalam kamar tersedia 2 botol air mineral gratis, alat mandi serta hair dryer seperti hotel pada umumnya, apabila air mineral di kamar habis bisa mengambil air mineral yang tersedia di dapur seharga 2 Baht/botol. Semua hal yang ada disitus airbnb mengenai hotel Baan Ploy-in sesuai dengan yang kami lihat saat disana.

Informasi mengenai hotel Baan Ploy-in bisa cek langsung ke airbnb :

Setelah kami melakukan cek-in, seharusnya kami akan ke Ai Sushi untuk makan malam. Ternyata penyewaan motor sudah tutup pada pukul 17.00 sehingga kami memutuskan untuk pergi ke Sunday Night Market yang tidak jauh dari hotel. Saat keluar dari gang menuju jalan besar Sriphum melewati Chang Puak Gate, terdapat tempat wisata kuliner yang pemilik hotel infromasikan di awal kedatangan kami.

Akhirnya, kami putuskan untuk makan malam terlebih dahulu di sana sebelum menuju Sunday Night Market. Situasi wisata kuliner yang berada di jalan Mani Noppharat ini sangat ramai oleh wisatawan lokal, kami memesan fried seafood, minuman santan dengan taro ball disertai telur setengah matang dan es jeruk, totalan pesanan kisaran 120 Baht.


Pada hari kedatangan kami tidak banyak mengabadikan momen karena wisata kuliner di sana hampir seperti pasar pada umumnya yang ada di Indonesia. Setelah makan malam selesai, kami memutuskan melanjutkan perjalanan menuju Sunday Night Market yang ada di Ratchadamnoen dengan berjalan kaki selama kurang lebih 15 menit. Kesan pertama saya pada Sunday Night Market adalah bersih dan nyaman.

Baca juga : Sebuah Perjalanan: Bangkok, Thailand #2

Para pedagang dibuat sedemikian rupa agar tidak menghalangi gerak para wisatawan, bahkan saya masih memiliki batas bergerak yang cukup luas selama berjalan mengelilingi Sunday Night Market. Selain itu, penerangan yang cukup membuat saya bisa melihat berbagai hal dengan jelas terutama mengenai harga dagangan.


Pedagang di Sunday Night Market menjual aneka cendramata dengan kisaran harga 20 - 150 Baht, aneka celana 80 - 120 Baht, scarft panjang/ pashmina kisaran 80 - 100 Baht dan makanan - minuman 10 - 50 Baht. Disepanjang jalan kami menemukan banyak pengamen dengan kebutuhan khusus, mereka tidak bergerak kesana kemari layaknya pengamen di Indonesia. Mereka berada tepat ditengah jalan sepanjang Sunday Night Market dan cukup memeriahkan suasana.


Selain para pengamen, terdapat para pelukis yang membuka jasanya ditengah jalan. Antriannya lumayan panjang dan kami sempat tertarik untuk ikut mengantri namun satu orang saja menghabiskan sekitar 30 menit, akhirnya kami memutuskan sekedar melihat.

Di Sunday Night Market, kami membeli makanan dari olahan durian yang dijadikan keripik (80 Baht), minuman dari olahan buah segar (20 Baht) dan kerajinan kayu berupa sendok (10 Baht). Harga yang ditawarkan para pedagang tergolong murah, sehingga kami yang tadinya ingin sekedar keliling malah banyak belanja. Selain murah dan banyak pilihan, para pedanganya juga ramah terhadap para wisatawan. Selama perjalanan di Sunday Night Market agak sulit mencari makanan berat selain buah segar.


Udara yang cukup panas membuat kami selalu mendekati para pedagang buah yang selalu menyediakan kesegaran karena buah akan selalu diselimuti es untuk menjaga kualitas sehingga udara dingin akan terasa saat berada didekat lapak mereka. Ada baiknya menggunakan pakaian yang mudah menyerap keringat atau gunakan pakaian senyaman mungkin saat mengunjungi Sunday Night Market.

Saya merasa mengunjungi Chiang Mai merupakan keputusan yang sangat tepat dimana ada udara yang sejuk, aneka kuliner lezat dan keramahan warga lokal menjadikan hari pertama berada disini cukup berkesan, sehingga saya semakin bersemangat untuk melanjutkan perjalanan berikutnya.




Tidak ada komentar