Selain tersedia bahan pokok, bagi wisatawan yang berkunjung dalam keadaan lapar seperti kami, sepanjang perjalanan tersedia berbagai cemilan, makanan berat, burger dan lainnya. Saya tertarik untuk mencicipi samosa yang berada di salah satu etalase toko dengan harga 1.50 CAD/item. Rasanya cukup jauh berbeda dari samosa yang biasa suami saya bawa dari kampus. Bumbu rempahnya lebih terasa dan kaya akan kacang kapri didalamnya.
Saya juga menyempatkan untuk mencicipi tester aneka buah segar yang tersedia, bisa dikatakan tidak akan ada pembeli yang kelaparan saat datang ke sini. Saat saya berkeliling ada satu hal yang cukup jarang saya lihat yaitu tidak pernah terdengar tawar-menawar dari pembeli dan penjual, mungkin ini salah satu penyebab kenapa pasar jauh dari kata berisik.
Aroma manis dari toko kue tercium tidak jauh dari saya berdiri, manisnya makaron yang baru dipanggang menarik beberapa pembeli termasuk saya. Satu hal yang baru kami ketahui, hampir semua toko di pasar Jean Talon hanya menerima pembayaran tunai, parahnya kami hanya membawa sedikit uang tunai. Makaron dengan rasa poppy flower atau Cosquelicot menjadi pilihan saya saat itu, rasa manis, segar nan harum menjadi satu kesatuan saat digigit dan teksturnya yang lembut sedikit crunchy pada bagian pinggir membuat saya cukup kagum.
Akhirnya saya harus menerima kenyataan bahwa makaron itu telah habis dalam dua kali gigitan, saatnya saya melanjutkan perjalanan menuju cemilan khas turki yang sudah dari tadi mengalihkan pandangan saya. Lokasinya yang cukup strategis yaitu dekat pintu masuk pasar Jean Talon membuat lapak ini menjadi pusat perhatian dengan aneka cemilan yang tersedia. Ini bukan ruko seperti kebanyakan, hanya sekedar lapak dengan etalase kayu sebagai tempat jualannya.
Saya membeli satu potong baklava atau moutalate dengan harga 1.95 CAD, kulit baklava yang crunchy dengan pemanis serta taburan pistacio cukup membuat dahi saya mengkerut. Pada dasarnya saya kurang menyukai makanan manis dan juga ini kali pertama bagi saya mencicipi baklava, walaupun begitu nyatanya baklava itu tetap habis.
Perjalanan kamipun berakhir di pasar Jean Talon dengan perut penuh cemilan dan kami memutuskan untuk berisitirahat di sebuah Café Chat L'Heureux yang berada di 172 Avenue Dulth E. Cafe kucing merupakan sebutan saya bagi cafe ini karena pengunjung bisa bertemu dan berinterkasi dengan berbagai jenis kucing di sana. Beberapa kucing terlihat memilih tidur di langit-langit yang telah di desain secara khusus dan lainnya memilih untuk berjalan di sekeliling pengunjung.
Ini cukup membantu untuk melepas rindu dengan kucing saya yang berada di kampung halaman, walaupun kucing disini jarang mengeluarkan suara setidaknya melihat mereka bermain saja sudah cukup membuat saya bahagia. Selama saya di Montreal, Kanada hampir selama perjalanan saya tidak pernah menemukan kucing liar sehingga bisa dikatakan kucing merupakan pemandangan yang cukup langka ditemui.
***
Inilah akhir pekan saya dengan perasaan rindu akan kampung halaman, cukup sulit rasanya menahan rindu ini terutama untuk keluarga dan kerabat namun saya percaya rasa rindu ini akan meluap suatu saat nanti. Enjoy your Weekend!
minta satu kucing mbak. hahahahahah
BalasHapusLangka, aku berik boneka nye ajak yee haha
Hapusboneka gedeeee ya dek
Hapus