Sebuah Perjalanan: Bangkok, Thailand #4


Grand Palace!
Ini merupakan tempat wisata pada hari terakhir kami berada di Bangkok, Thailand. Sebenarnya, tujuan awal saya hanya untuk berkunjung ke Grand Palace selebihnya hanya bonus namun yang terjadi malah Grand Palace menjadi tempat wisata terakhir yang dikunjungi. Setidaknya, saya bisa mengunjungi Grand Palace saat ini merupakan sebuah kebaikan, cuaca mendukung, terlebih saat kami mengunjungi Grand Palace bersamaan dengan masa berkabungnya Raja Thailand, Buhimbol Adulyadej.



Saya bisa merasakan betapa rakyat Thailand begitu mencintai Raja-nya. Dari berbagai kalangan, tua maupun muda ikut hadir untuk menyampaikan rasa dukanya, pakaian berwarna hitam begitu dominan menyelimuti kawasan wisata Grand Palace. Selama acara berlangsung, tempat wisata Grand Palace tidak ditutup sehingga para wisatawan bisa melihat secara langsung perjuangan rakyat Thailand untuk hadir dan menyampaikan perasaan duka mereka. Panas terik menambah lelah mereka yang masih mengantri untuk masuk ke tempat acara berlangsung, tentu perasaan ini juga saya rasakan karena berada dengan barisan yang sama.

Jalur wisatawan serta masyarakat yang hendak berkabung memiliki gerbang yang berbeda, walaupun setelah sampai ke Grand Palace kami akan bertemu kembali karena berada dalam satu kawasan. Harga tiket masuk Grand Palace seharga 500 Baht/orang, tiket ini sudah termasuk tiket masuk Vimanmek mansion museum dan Arts of the kingdom exhibition yang berlaku selama 7 hari dan The pavilion of regalia. Bisa dikatakan kami tidak bisa berkunjung kesemua tempat tersebut karena hari ini merupakan hari terakhir. Ada baiknya Grand Palace menjadi kunjungan pertama agar bisa menikmati tiket yang didapatkan secara maksimal.

source : www.triptutor.com


Memasuki kawasan Grand Place, kami menuju Temple of The Emerland Buddha. Disana terlihat belasan siswa yang sedang melantunkan doa bertempat pada tiap gazebo yang mengitari kuil. Tak berselang lama cuaca berubah menjadi mendung dan turun hujan seakan ikut berduka. Saat memasuki Temple of The Emerland Buddha, kami mesti melepas sepatu dan tidak boleh menggunakan kamera. Peringatan! Jangan pernah untuk melanggarnya. Saat saya masuk terdapat wisatawan yang melanggar sehingga keamanan sekitar bertindak cepat dan cukup mengganggu wisatawan lainnya. Terlebih wisatawan tersebut enggan menyerahkan telepon genggamnya ke petugas.


Keluar dari kuil, suara dari belasan siswa masih terus mengiringi perjalanan wisata dan beruntunglah hujan telah berhenti sehingga kami bisa melanjutkan ke tempat wisata berikutnya. Terdapat beberapa tempat doa yang disediakan bagi wisatawan lokal maupun luar untuk berdoa di sekitar Temple of The Emerland Buddha. 



Benar saja, setelah keluar kami akhirnya bertemu dengan masyarakat lokal yang sedang berkabung berada di belfry tidak jauh dari Temple of The Emerland Buddha. Para wisatawan yang berlindung dari hujan terlihat ikut bergabung diantara mereka. Para wisatawan harus melewati belfry agar bisa melanjutkan menuju tempat wisata berikutnya sehingga bisa dikatakan kami cukup mengganggu jalannya proses acara. Tak lama berselang saya bertemu dengan beberapa siswa yang ingin melakukan wawancara mengenai pendapat saya sebagai wisatawan saat berkunjung ke Thailand dari makanan, keramahan, harga bahkan tempat ibadah. Ini merupakan hal yang menyenangkan, setidaknya saya bisa berbicara selain dengan suami saya dan penjaga tiket.




Setelah wawancara, kami melanjutkan perjalanan menuju Bhorom Phiman Mansion, Amarindra Winitchai Hall dan Chakri Maha Prasat Hall yang berada dalam satu jalur. Sayangnya, hanya bisa dinikmati dari kejauhan. Diakhir kunjungan kami bertemu dengan penjaga dengan jarak dekat, beberapa wisatawan nampak ragu untuk berfoto bersama penjaga tersebut sehingga hanya bisa berswafoto dari jarak jauh.


Setelah selesai mengitari Grand Palace dan keluar dari lautan manusia, kami putuskan untuk beristirahat di salah satu pedagang kaki lima yang menjual cumi panggang. Tekstur cumi yang kenyal dan saus pendamping dengan rasa asam-pedas merupakan cita rasa yang pas untuk meningkatkan kembali semangat.

Tentu, semangat ini akan kami gunakan dalam perjalanan pulang. Sebelum pulang kami memutuskan untuk makan malam di salah satu tempat makan vegetarian yang bernama Arawy yang berlokasi disekitaran Dinso Rd. Tersedia aneka makanan dari yang berkuah, goreng bahkan tumis dan beberapa telah tersedia dalam kemasan. Bisa dikatakan untuk harga semua tergantung jenis makanan serta berapa banyak porsi yang diambil. Secara keseluruhan rasa makanan di Arawy cukup melepas rindu dengan makanan Indonesia. Puas dan kenyang, kami melanjutkan perjalanan pulang menuju hotel.
***
Ini sungguh menjadi pengalaman yang cukup berkesan untuk saya, selain karena cumi panggang yang enak! Terimakasih Bangkok, Thailand untuk 4 hari 3 malamnya. See you next trip!

Tidak ada komentar